MAKALAH AGAMA
DAN KEBUDAYAAN
Dibuat
oleh :
ADRIAN
SUGIARTO (672012104)
2012
SALATIGA
Latar Belakang
Di
Negeri Indonesia ini, banyak sekali budaya dan kebiasaan yang masih terlepas
dari Agama-agama yang ada. Contoh yang saya dapatkan yaitu, masyarakat KEI yang
bertempat di Daerah Maluku. Maksud saya mengangkat topic tentang masyarakat Kei
karena, kebudayaan dan letak dari masyarakat Kei masih sangat belum di kenal
oleh publik.
Dalam
kesempatan ini, saya akan membuat makalah tentang kehidupan masyarakat Kei yang
masih menganut agama adat dan pandangan Kristen terhadap kehidupan masyarakat
Kei
Pendahuluan
Realitas
problematis masyarakat Maluku dengan adanya konflik kemanusiaan (1999) sungguh
menghantar setiap orang pada sikap saling membenci. Kehadiran kelompok lain
hanya sebagai acaman. Masyarakat mengalami tantangan yang berat serta berada
dalam situasi yang tidak mengenakan. Meskipun demikian, konflik di Maluku
khususnya di Kei dapat dengan cepat berakhir, dibanding daerah-daerah lain.
Salah satu indikasi yang cukup kuat dalam mendukung upaya rekonsiliasi tersebut
adalah pemahaman masyarakat Kei akan kearifan lokalnya, yang tercermin dalam
hukum adat Larwul Ngabal, selan itu, juga adanya peran penting
dari agama, dan pemerintah. Kerjasama antara tiga institusi, yakni, adat, agama
dan pemerintah, adalah merupakan bagian dari elaborasi kearifan lokal
masyarakat Kei. Dalam realitas kehidupan masyarakat Kei adat mendapat tempat
pertama, sebab sebelum adanya pemerintah dan agama, adat dan lembaga adat atau budaya
orang Kei sudah lebih dahulu berperan.
Kristen Sampai ke Maluku
Kekristenan
sampai ke Maluku pada saat Verenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC)
berkuasa pada abad 17 dan 18. Kehadiran para pendeta dan ziekentrooster bukan saja dimanfaatkan oleh gereja
untuk melayani pegawai VOC tetapi juga untuk memelihara orang-orang Kristen
Ambon yang sebelumnya menganut agama Katolik Roma yang kemudian di-Protestankan
ketika penguasa VOC mengambil alih kekuasaan di Ambon dari tangan Portugis pada
tahun 1605. Dan, sejak tahun 1635 diadakan pekabaran Injil ke pulau Kei,
kemudian Aru, Tanimbar dan pulau-pulau Selatan Daya (Babar, Wetar, Leti, dst)
dengan memakai tenaga guru. Sampai dengan abad ke-18 Kekristen-an telah
diterima oleh orang-orang Maluku yang terhimpun dalam jemaat-jemaat dan
tersebar di hampir seluruh daerah kepulauan Maluku.
Dalam
perjumpaan agama dengan kebudayaan (adat) setempat ini, nampak sikap negatif
yang di perlihatkan oleh agama terhadap budaya lokal. Yakni pada tahun 1960-an
dan 1970-an, terjadi peristiwa pengahancuran benda-benda agama suku Kei yang
menurut pemahaman masyarakat setempat memiliki kekuatan magis. Suatu peristiwa
yang sungguh memberi penilaian negatif terhadap gereja dengan tindakannya.
Akibatnya ada sebuah pengalihan atau perubahan pemahaman yang menempatkan
benda-benda agama suku sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan magis, berubah
menjadi menempatkan benda-benda yang berhubungan dengan gereja (Alkitab,
roti perjamuan dan air bekas baptisan, gedung gereja, dan lain-lain), dianggap
bernilai sakral dalam pengertian “keramat” dan memiliki “kekuatan gaib”. Air
bekas baptisan misalnya diyakini mempunyai khasiat menyembuhkan dan diberi
minum kepada orang sakit.
Pendasaran
ajaran Kristen pada awalnya, yang dilakukan dengan metode “hafalan” dengan
menghafal pokok-pokok ajaran Kristen seperti: Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman
Rasuli, dan Dasa Titah, sepertinya tidak berhasil dengan tuntas pada masyarakat
Kei. Hal ini terbukti dengan masih diyakininya agama suku dalam wujud Duan, bahwa semua benda di
bumi ini memiliki suatu kekuatan di dalamnya.
Realitas Kehidupan Masyarakat Kei
Secara
khusus, keberadaan hidup masyarakat di kepulauan ini mungkin belum banyak
dikenal, namun dalam catatan sejarah lokal Kepulauan Kei memiliki keunikan yang
terpancar dari kebudayaan lokalnya. Hal ini terlihat dari kekompakan masyarakat
Kei yang secara struktural tetap mempertahankan hukum adat tertingginya (Larvul Ngabal) suatau hukum
adat yang di dalamnya mengatur semua aspek kehidupan individu (manusia) maupun
komunitas atau ohoi. Ohoi adalah satuan pemukiman terkecil (setara dengan kampung/desa).
Inti
dari adat-istiadat orang Kei adalah kekeluargaan. Kekeluargaan pada masyarakat
Kei dimaknai dalam arti yang luas yaitu mencakup seluruh dimensi kehidupan
manusia, dan tidak hanya terbatas pada bentuk kekeluargaan secara biologis.
Semangat kekeluargaan dan kekerabatan di Kei yang diikat dengan hukum adat.
Bentuk-bentuk
kekerabatan masyarakat Kei memiliki
beberapa kesamaan gagasan dasar yakni sikap hidup kolektif, semangat
solidaritas, dan kekeluargaan, mengutamakan suatu persaudaraan yang diikat
dalam keluarga. Perjanjian adat mengkondisikan semua orang untuk saling
membantu dan mengaggap orang lain sebagai keluarga sendiri. Semua orang terikat
dalam relasi kekeluargaan tanpa membedakan agama.
Hubungan
antar pribadi selalu didasarkan atas hubungan “saudara”. Semua orang dilihat
sebagai saudara dari satu keluarga. Hal ini jelas dalam struktur keluarga ala
Kei lewat istilah “Teen fo teen, yanyanat fo yananat, yaan fo yaan, warin
fo warin, yanur fo yanur, mangohoi fo mangohoi.” Ini bermakna bahwa keluarga Kei
memiliki struktur yang memaksa setiap anggota keluarga untuk memiliki status
sendiri. Inti dari struktur ini adalah menempatan orang tua sebagai atasan dan
anak sebagai bawahan.
Budaya
Kei pada dasarnya memiliki kesejajaran dengan nilai-nilai kekeristenan.
Misalnya, nilai cinta kasih, damai, persaudaraan, suka-cita, solidaritas, dan
saling menghargai orang lain tanpa membedakan suku, agama, dan golongan.
Agama Pertama Masyarakat Kei
Menurut
Yong Ohoitimur, agama asli di Kei pada dasarnya mengandung unsur-unsur:
Animisme, Magi, dan Totemisme. Dalam konteks masyarakat Kei, terdapat
kepercayaan bahwa semua benda di alam semesta memiliki roh. Roh dalam bahasa
Keidisebut Duan. Duan dianggap menetap dalam segala benda.
Dalam perkembangan, ketika masuknya agama Kristen, Duan itu kemudian mengalami sedikit
perubahan dalam penyebutannya menjadi Duad, yang lebih bermakna Tuhan Allah – yang
mengalahkan/mendominasi duan-duan lain. Wujud dari animisme dalam
masyarakat Kei sampai saat sekarng masih dapat teramati dalam betuk pemberian
persembahan (daun siri, buah pinang, tembakau, dan uang logam), yang diisi
dalam piring dan diletakan dibawah pohon atau tempat-tempat yang dianggap
keramat.
Orang
Kei percaya bahwa baik manusia maupun makhluk lain memiliki keahlian (dalam
makna duan). Roh itu
selalu berusaha mengambil bagian dalam kehidupan manusia dan sebaliknya, maka
orang Kei percaya bahwa ia mampu memiliki keahlian untuk mempengaruhi roh
manusia/makhluk lain.
Dalam
realitas hidup masyarakat Kei, sebagai contoh masyarakat Ohoifau meyakini Ikan
Puring sebagai Totemnya, orang Ohoidertutu menerima penyu sebagai totemnya,
bahkanfam/marga tertentu juga memiliki totem sendiri, dan sebagainya.
Orang Kei percaya ada hubungan khusus antara obyek-obyek tertentu, seperti:
ikan, burung, tumbuhan, dan sebagainya dengan dunia ilahi. berdasarkan
keyakinan seperti ini, orang Kei menyebut ikan
suci, rumput suci, burung suci, dan sebagainya. Terhadap obyek suci itu orang
harus menghormatinya.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang saya ambil dari beberapa fakta di atas adalah bahwa orang Kei masih
mengakui adanya suatu kekuasaan ilahi yang sakral di luar yang profan. Sebagian
ritus-ritus di atas hanya kemukakan sebagai contoh, untuk menggambarkan bahwa
masuknya agama-agama dunia di Kei, tidak serta-merta menhilangkan kepercayaan
atau agama suku dari masyarakat tersebut. Kehadiran gereja dalam kasyarakat
Kei, memiliki nuansa yang sama seperti yang tergamarkan dalam adat, baik itu
dari segi hukum Tuhan, maupun dari segi hubungan antar manusia, etika (sistem
kekerabatan budaya Kei). Meskipun demikian, disadari bahwa kebudayan memiliki
kekhasan dan penegasan sendiri. Kita perlu mengakui bahwa dalam kehidupan
sekarang ada kebiasaan-kebiasaan adat dan peraturan yang tidak dapat dicocokan
begitu saja dengan ajaran gereja. Akan tetapi keduanya tetap merupakan hal yang
saling melengkapi dan mengatur tata keidupan masyarakat Kei.
Makasih ya atas informasinya sangat bermanfaat sekali
BalasHapusKandungan gizi kolang kaling
Ia bro sama-sama
Hapus